Jumat, 28 Maret 2014

Gie, Dokter Cinta Yang Gagal Dalam Asmara

By Belantara Indonesia


Dokter Cinta, itulah anggapan dari teman – teman wanitanya Soe Hok Gie di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Luki Sutrisno Bekti, seorang sahabat Gie melukiskan sosok Gie sebagai orang yang menyenangkan dan sangat perhatian. Gie sering menjadi tempat curhat bagi teman – temannya. Bagai seorang dokter yang buka praktik, orang harus bikin janji dulu jika ingin bicara serius dengan dia.



Pria kurus cungkring bermata sipit ini ternyata selain piawai di kancah politik dan sastra budaya, ia juga dikenal sangat humanis. Kepeduliannya yang tinggi membuatnya punya banyak teman.


Kadang saya berpikir bagaimana Hok Gie bisa membagi waktu dan perhatiannya buat begitu banyak permasalahan, politik, sosial, budaya dan terutama untuk begitu banyak orang. Dan setiap orang merasa menerima perhatian yang besar dari Hok-Gie,” kata Luki yang sudah akrab dengan Hok Gie sejak 1967 – 1969.


Selain curhat, Hok Gie juga biasanya dicari karena pandai dan tidak pelit membagi ilmu. Bagi temannya ia bagaikan ensiklopedi berjalan, tempat bertanya banyak hal mulai dari mata kuliah, sejarah, sastra, hingga persoalan cinta.


Wanita yang dekat dengan Soe Hok-Gie lainnya, Yayuk Surtiati juga memberikan kesaksian dalam buku yang sama. Bagi Yayuk, yang kini menjadi professor di FS UI ( kini jadi FIB ), Gie adalah sosok senior yang bersedia menjadi mentor dan juga mengajarkan banyak hal.


Yayuk termasuk salah satu yang sering curhat pada Hok-Gie tentang pacarnya, padahal dia sendiri tak punya pacar. Kala itu, pria yang banyak membaca dan sering diejek dengan julukan ‘China kecil’ itu mengaku dirinya sebagai pria berhati batu.


Karena curhat justru pada Soe Hok Gie yang tak punya pacar, seorang temannya malah menyeletuk. “Tanya masalah cinta kok ke Soe Hok-Gie. Itu sih sama saja dengan bertanya ke dengkul,” kisah Yayuk.


Dalam banyak aspek kehidupannya, Soe Hok Gie memang bisa sangat percaya diri dan dewasa, tapi beda halnya ketika bicara soal asmara.


John Maxwell dalam penelitiannya untuk disertasi doctoral di Australian National University juga pernah secara khusus menyoroti hubungan Soe Hok Gie dengan teman wanitanya.


Kondisi emosi Soe Hok Gie dinodai oleh ambiguitas dan kebingungan selama berbulan – bulan ini ketika ia berjuang mengatasi perasaannya terhadap ketiga gadis yang telah menjadi bagian penting dari kehidupannya,” ujar Maxwell seperti dikutip Rudy Badil.


Di usianya yang ke 26 ia hanya bisa merasa iri kepada teman – temannya yang sudah menikah atau sudah mempunyai kekasih,” kutip Rudy.


Tepat sehari menjelang usianya ke 27 tahun, Soe Hok Gie menitipkan sejumlah batu dan daun cemara ke teman – teman wanitanya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.


Nih gue titip ya, ambil dan bawa pulang batu Semeru , batu dari tanah tertinggi di Jawa. Simpan dan berikan ke cewek – cewek,” kata Gie waktu itu, Selasa Pon 16 Desember 1969. src


Kini, Dokter Cinta tersebut memang telah tiada. meninggalkan banyak kisah dan cerita yang banyak tertuang di pikiran para pendaki gunung dan pecintanya. Meskipun Gie gagal dalam hal asmara, namun ada satu kalimat dari seorang gadis pemujanya sekaligus pecintanya, entah siapa:


Sayangku, suatu hari nanti pasti aku akan berkunjung ke tempatmu, di puncak dimana kamu berhenti bernafas dimana semua mimpi mu tentang mati muda menjadi kenyataan.

Source: Belantara Indonesia


    




Gie, Dokter Cinta Yang Gagal Dalam Asmara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar