Kamis, 09 Januari 2014

Menjadi Pecinta Alam Semesta

By Belantara Indonesia



Sesungguhnya, tak pernah pecinta mencari tanpa di cari pula oleh kekasihnya. Apabila kilat cinta telah membakar hati ini, ketahuilah bahwa dihati yang itu pun cinta telah bersemayam penuh gelora. Apabila cinta Tuhan telah membara direlung hatimu, pastilah Dia telah mencintaimu.



Tiada suara tepukan terdengar hanya dari sebelah tangan. Hikmah Tuhan dalam takdir dan hukum yang menjadikan kita saling mencinta.


Oleh karena itulah setiap bagian dari dunia diberi pasangan. Dimata orang bijak, langit adalah laki – laki dan bumi adalah perempuan; Bumi memupuk seluruh yang telah langit turunkan.


Apabila Bumi kekurangan panas, langit mengirimkannya; jika ia kehilangan embun dan dan kesegarannya, langit memulihkannya.


Langit berkeliling, laksana seorang suami yang mencari nafkah demi istrinya. Sedangkan Bumi sibuk mengurus rumah tangganya; ia merawat yang lahir dan menyusui apa yang telah ia lahirkan.


Pandanglah Bumi dan langit sebagai makluk yang dikaruniai kecerdasan, karena mereka melakukan pekerjaan mahluk yang berakal pikiran.


Jikalau pasangan ini tidak merasakan kebahagiaan dari satu dengan lainnya, mengapa mereka melangkah bersama laksana sepasang kekasih yang saling mencinta?


Tanpa Bumi, bagaimana bunga dan pepohonan akan tumbuh? lalu, air dan panas langit akan menghasilkan apa? Karena Tuhan meletakan gairah dalam diri pria dan wanita lewat persatuanyalah Bumi terselamatkan. Maka Dia menanamkan gairah kedalam setiap jenis makluknya yang lain.


Secara lahir siang dan malam saling bertentangan ; namun keduanya saling membantu demi satu tujuan. Masing – masing saling mencinta demi kesempurnaan pekerjaan mereka yang saling membutuhkan.
Tanpa malam, watak manusia takkan menerima penghasilan, sehingga sehingga takkan ada siang guna dibelanjakan.


Jiwa berkata kepada tubuh, ” Penghasilanku lebih pahit dari padamu; aku adalah penghuni surga”. Tubuh menginginkan tumbuh – tumbuhan hujan dan siraman air, karena dia berasal daripadanya; Jiwa menginginkan kehidupan dan Tuhan Yang Maha Hidup, karena ia berasal dari Jiwa Yang Tak Terhingga.


Hasrat jiwa adalah pendakian keagungan, hasrat tubuh adalah harta dan kepuasan.


Dan Yang Maha Luhur itu menginginkan dan mencintai jiwa; perhatikanlah ayat “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai – Nya.


Pokoknya ialah bila seorang mencari, jiwa yang dicarinya pun menginginkanya. Namun kalau gairah pencinta membuatnya kurus kering, maka gairah dari dicinta akan membuatnya indah dan semakin mempesona.


Cinta, yang membuat pipi sang kekasih semakin merekah, memakan jiwa sang pencinta.


Ambar mencintai jerami kelihatan tak menghasratkan apa – apa, sementara jerami berjuang untuk dapat melangkah maju dijalan yang panjang! Jalaluddin Rumi ( 1207 – 1273 )


Source: Belantara Indonesia


    





Menjadi Pecinta Alam Semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar