Jumat, 03 Januari 2014

Daya Tarik Budaya Di Tengah Megahnya Bromo

By Belantara Indonesia


Keindahan dan kemegahan Bromo tidak perlu lagi kita meragukannya. Kecantikannya akan membuat siapapun yang mengunjunginya akan terpukau. Terbius oleh beragam keindahan alam, dingin dan sejuknya udara pagi di Bromo. Tetapi ada sisi lain di balik segala keindahan di Bromo.





Upacara Kasada Bromo

Selain keindahan alamnya yang mengagumkan, ternyata Bromo memiliki daya tarik budaya, yaitu Yadnya Kasada atau Kasodo, yang digelar setiap bulan Kasada hari -14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng ( Putri Raja Majapahit ) dan Joko Seger ( Putra Brahmana ).


Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari. Upacara adat suku Tengger ini bertujuan mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam festival ini, Suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, bahkan uang ke kawah gunung tersebut.


Sebelum Upacara Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara.


Mereka juga harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu saat upacara berlangsung sebelum dinyatakan lulus dan diangkat oleh tetua adat. Peran dukun atau tabib bagi Suku Tengger sangat kuat karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan masalah yang dialami oleh masyarakatnya. Tabib ini dapat melafalkan mantra – mantra kuno Hindu.


Tepat pada malam ke -14 bulan Kasada, Suku Tengger akan beramai – ramai membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam saat dukun ditasbihkan tetua adat. Berikutnya, sesajen yang disiapkan dibawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang.


Bagi suku Tengger, sesaji yang dilembar ke Kawah Bromo tersebut sebagai bentuk kaul atau rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah ternyata telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman.


Uniknya mereka jauh – jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo dan berharap mendapatkan ongkek – ongkek yang berisi sesajen berupa buah – buahan, hewan ternak, juga uang. Aktivitas penduduk Tengger pedalaman yang berada di kawah gunung bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang hari saat hari menjelang upacara Yadnya Kasada Bromo.


Apabila Anda berminat menyaksikan Upacara Kasada Bromo maka disarankan datang sebelum tengah malam karena ramainya persiapan para dukun dan masyarakat. Masyarakat akan mengendarai sepeda motor atau kendaraan pribadi sehingga membuat jalanan menuju kaki gunung sangat macet.


Perlu diperhatikan juga bahwa jalan lain ke arah bawah gunung perlu beriringan dengan rombongan penduduk yang menuju pura. Bila berjalan sendiri dikhawatirkan akan tersesat akibat kabut yang tebal dan jarak pandang yang terbatas. src

Source: Belantara Indonesia


    




Daya Tarik Budaya Di Tengah Megahnya Bromo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar