Halimun dalam bahasa Sunda berarti kabut. Sesuai dengan namanya, kawasan ini memang sering tertutup kabut. Tetapi bagi para pecinta ecoutourism, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun merupakan salah satu destinasi yang cukup menantang di wilayah propinsi Jawa Barat.
Gunung Halimun menjadi salah satu gunung yang paling sering didaki baik oleh pendaki profesional maupun pemula. Tidak mengherankan, karena dibalik kumpulan kabut yang selalu menyelimuti puncaknya, Taman Nasional Gunung Halimun memiliki misteri keindahan yang memukau.
Menembus kabut Gunung Halimun, bisa dimulai melalui salah satu dari tiga pintu masuk yang diijinkan oleh pemerintah setempat. Jalur paling umum yang banyak digunakan para pendaki adalah jalur masuk Kabandungan yang berada di kota Sukabumi dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan.
Di kawasan Kabandungan yang menjadi titik awal perjalanan menuju Gunung Halimun, para pengelola Taman Nasional Gunung Halimun akan memberikan pengarahan dan gambaran tentang lokasi Gunung Halimun.
Satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi di Taman Nasional Gunung Halimun adalah Stasiun Penelitian di Kompleks Hutan Cikaniki – Citalahab dengan canopy walk – nya. Namun, kondisi jalan yang tidak beraspal mengharuskan para pendaki untuk melalui jalur ini dengan ber – offroad ria.
Tapi justru disinilah letak tantangan dan kesenangan menjelajahi Taman Nasional Gunung Halimun. Setelah melewati jalan berbatu – batu, terjal dan berkelok – kelok selama hampir dua jam, bangunan Stasiun Penelitian Cikaniki inilah yang membuat para tamu bernafas lega.
Di Stasiun Penelitian Cikaniki ini pengunjung bisa menikmati pengalaman canopy walk, berjalan di atas jembatan tajuk yang berketinggian 20 – 30 meter dari permukaan tanah. Keunikannya adalah bahwa jembatan dengan panjang 100 meter dan lebar 0,6 meter ini disangga oleh pohon – pohon besar.
Untuk bisa mencoba canopy walk, Anda harus memanjat menara baja yang berulir dengan ketinggian 30 meter. Tapi dijamin, rasa letih menaiki menara baja akan terbayar dengan pemandangan memukau dari atas canopy. Sambil berjalan perlahan diatas canopy yang bergoyang – goyang, Anda bisa melihat capung berwarna biru metalik, merah, dan kuning. Seru dan sedikit seram!
Selain sebagai tempat penelitian, Stasiun Penelitian ini juga memiliki wisma berkapasitas 20 orang yang dapat dijadikan sebagai tempat menginap. Tapi jika kamu penggemar kegiatan outdoor, tidak ada salahnya memilih untuk tidur di dalam tenda di area camping ground yang luas dan terletak di bagian belakang wisma. Camping ground ini juga dilengkapi dengan MCK ( mandi, cuci, kakus ) terbuka dengan sumber air dari sungai yang mengelilingi lokasi wisma.
Setelah beristirahat satu malam di Stasiun Penelitian Cikaniki, saat terbaik untuk memulai trekking menjelajah rimba Gunung Halimun adalah di pagi hari. Lakukan sedikit pemanasan dan sarapan sebelum memulai perjalanan ini. Jangan lupa membawa perlengkapan seperti air minum, rain coat, dan makanan kecil. Gunakan pula pakaian yang nyaman dan sepatu kets plus kaos kaki.
Rute trekking yang bisa ditempuh dari lokasi camping ground adalah Citalahab – Curug ( air terjun ) – Cikudapaeh – Citalahab sepanjang 4 km. Jalur ini melalui trek yang cukup berat dengan pemandangan indah dan beraneka ragam tumbuhan yang unik.
Tumbuh – tumbuhan yang menarik antara lain bunga penjalar yang berwarna merah jingga, pakis hutan, dan tumbuhan sejenis bambu yang unik karena didalam ruasnya terdapat air yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata.
Satu tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi adalah air terjun Cikudapaeh. Disinilah tempat terbaik melepas lelah setelah berjalan jauh sambil menikmati suara gemuruh air terjun, nyanyian alam yang memukau. Pantas saja banyak pecinta ecotourism yang berulangkali mengunjungi Halimun.
Dari Cikudapaeh, perjalanan kembali menuju Citalahab akan melalui rute berbeda melintasi perkebunan teh yang hijau sepanjang tahun. Pengalaman menyusuri jalan menanjak, menurun, berbatu – batu dan licin sepanjang rute trekking menjadi pengalaman unik untuk menguak sedikit misteri dari kabut di Gunung Halimun.
Source: Belantara Indonesia
Menembus Kabut Gunung Halimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar