Kita tahu bahwa alam Indonesia ini indah adanya. Dan oleh karena itu, merupakan sebuah anugerah terbesar bagi pecinta fotografi ataupun juga fotografer profesional. Tetapi spot yang memikat terkadang membuat mata yang terpikat, karena lemah dari sisi pengambilan.
Memotret alam memang gampang – gampang susah. Di satu sisi kita dihadapkan pada medan yang berat atau suasana yang begitu sulit, dan di sisi lain, kita dibatasi waktu, serta spot yang sudah sering terpublikasi.
“Memotret alam harus pintar memilih angel ( sudut pandang ) pada spot yang sudah sering di foto orang,” ujar Don Hasman, 73.
Sementara memotret etnografi, sering kali fotografer terbentur pada tahap pendekatan. Tidak semua orang atau komunitas yang mau dijadikan objek foto menerima begitu saja. Terkadang mereka masih mengisolasi diri dari hal – hal yang berbau alat – alat modern.
Don Hasman yang akrab dipanggil Om Don merupakan salah seorang maestro dalam dunia fotografi alam dan fotografi etnografi di Indonesia. Dia telah meniti jalan sebagai fotografer di usia 11 tahun.
Setahun berikutnya, dia telah membentuk pondasi sebagai pengembara atau petualang, ketika bersepeda dari Jakarta ke Bandung, untuk menyaksikan Konfrensi Asia Afrika pertama tahun 1955.
Dia telah mengunjungi hampir semua daerah di Indonesia, menghampiri alamnya, menemui beragam suku dan budaya. Semua diabadikan dalam jepretan lensa kamera.
Tak hanya itu, Om Don juga telah mengunjungi beberapa spot alam yang begitu populer di dunia, seperti Gunung Everest, Gunung Kilimanjaro, dan lainnya. Dalam petualangannya, dia bersentuhan dengan penduduk lokal, sekalian budaya dan kulinernya. Semuanya juga diabadikan melalui kamera.
Don Hasman, kini berusia 73 tahun tetap berkeling belahan dunia, dan mengabadikannya. Tahun 2009 lalu, dia menyusun buku fotografi tentang Gunung Tambora yang meletus tahun 1815 silam
Pengalaman memotret alam dan etnografi selama lebih kurang 58 tahun, tak pelak membuat Om Don kaya akan tips atau trik menaklukan kesulitan, tantangan, dan angel yang terbaik untuk melukis alam dalam bingkai kamera. Dan abadi selamanya.
Berikut beberapa tips atau trik memotret di alam bebas dan ragam etnografi yang ditemukan, berdasarkan pemaparan Don Hasman.
1. Untuk spot yang telah sering di potret, pilihlah angle yang berbeda dari telah ada.
2. Untuk alam, pilihlah waktu memotret dari cakrawala tersibak ( Matahari muncul di pagi hari ) hingga pukul 09.00. Dan antara pukul 15.00 hingga Matahari belum terbenam. “Rentang jam – jam segitu, ultraviolet masih bagus. Kalau di luar rentang waktu tersebut, harus dibantu dengan filter,” katanya.
3. Kalau memotret suasana camp atau tenda, jangan hanya dipotret dari luar, tapi juga dari dalam, dengan menjadikan pintu masuk tenda sebagai bingkai.
4. Memotret alam, usahakan ada objek. Untuk objek hidup, tangkap yang sedang berekspresi atau di dorong untuk berekspresi.
5. Kalau gambar terlihat hidup di alam seperti pendakian gunung, tangkap momen ketika orang – orang yang sedang bercengkrama atau juga sedang memotret alam.
6. Untuk memotret orang yang sedang memanjat tebing, ambil secara diagonal, dari atas ke bawah, atau high level.
7. Untuk memotret kuliner, ambil angel diagonal.
8. Untuk memotret kebun, ambil angle simetris, posisi fotografer di tengah atau diagonal.
9. Menemukan anak – anak di lokasi perjalanan atau alam, suruh mereka bermain – main secara spontan, lalu abadikan dengan kamera.
10. Kalau menemukan yang khas pada suatu tempat, jadikan objek bidikan prioritas.
11. Kalau di alam terdapat perahu atau benda sejenis, seperti mobil, pilih momen sedang bergerak untuk diabadikan.
12. Untuk memotret bunga, bagusnya dalam keadaan backlight, tapi posisinya sedikit di jatuhkan, dan angel yang dipilih menampakan background gelap.
13. Untuk pemandangan, sangat bagus hasilnya jika ada latar di depan, tengah, dan belakang.
14. Untuk memotret etnografi atau budaya lokal yang ditemui dalam perjalanan, Om Don mengatakan harus di ambil momen yang menampakan karakter kuat dalam budaya masyarakat setempat.
Pengalaman puluhan tahun dalam memotret alam dan etnografi, membuat Om Don kaya akan ide dan trik, serta cara pendekatan.
Menurutnya, ada tiga jenis fotografi yang punya kesulitan tinggi dalam memotret yakni, memotret etnografi, memotret dalam air, dan memotret di alam liar.
“Fotografi etnografi adalah tersulit pertama karena membutuhkan waktu lama, bahkan sampai puluhan tahun untuk melakukan pendekatan kepada objek,” katanya.
Dia mencontohkan, ribuan foto aktivitas Suku Baduy Dalam yang diambilnya, butuh pendekatan selama 8 tahun dengan 30 kali kunjungan. Suku Baduy Dalam selama ini dikenal sebagai suku yang tidak mau bersentuhan dengan alat pengetahuan atau teknologi.
Selain tips tersebut, Om Don juga membuka rahasia pendekatan terhadap objek yang terbilang susah diakses. Pendekatan antara lain, menggunakan bahasa tubuh yang polos, tak menyembunyikan sesuatu.
Selain itu, ucapnya, jangan lupa bawa oleh – oleh seperti kembang gula, ikan asin untuk keluarga yang akan dijadikan objek foto.
“Mau memotret etnis yang masih mengisolasi diri, jangan pernah sekali – kali sebut sebagai seorang wartawan,” pesan Om Don. src
Source: Belantara Indonesia
Memotret Alam Ala Don Hasman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar