Sabtu, 31 Mei 2014

Kemegahan Alam Di Banyuwangi

By Belantara Indonesia


Banyuwangi, salah satu kota di Indonesia yang jarang sekali di ekspos. Padahal, wilayah yang berada di Jawa Timur ini memiliki keindahan alam yang selayaknya Anda nikmati. Selama ini Banyuwangi hanya dianggap sebagai tempat singgah bagi wisatawan yang ingin ke Bali. Terlebih, Banyuwangi memiliki kemegahan alam Nusantara yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun para petualang.



Banyuwangi kerap menjadi rumah bagi suku Osing yang merupakan sub – suku Jawa dengan bahasa Jawa tertua yang melahirkan ragam seni dan budaya yang begitu memikat.


Keindahan alam banyak tersimpan di Banyuwangi karena memiliki keindahan alam terlebih soal pantainya. Bisa jadi selama ini, Banyuwangi sangat melekat dengan daerah mistis. Padahal, daerah ini punya tempat selancar yang melegenda dan mendunia seperti pantai G Land, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade yang merupakan tempat pengembangan penyu.


Dari Banyuwangi, bisa menaiki Kawah Ijen untuk menyaksikan api biru yang terdapat dua di dunia, serta melihat aktivitas penambang belerang tradisional yang bersahaja.




Ijen

Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sekira 6 ribu km per segi, di mana bentang alamnya lengkap yang terhitung dari pesisir pantai hingga pegunungan menjulang megah, seperti Gunung Raung ( 3.282 m ) dan Gunung Merapi ( 2.800 m ).


Kabupaten ini berada persis di ujung paling timur Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di Timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat.


Selain terkenal sebagai kabupaten terluas di Pulau Jawa, Banyuwangi merupakan tempat penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, tepatnya di Pantai Timur Banyuwangi. Di sini juga terkenal dengan Muncar sebagai pelabuhan perikanan. Selain ikannya, tempat ini juga dikenal sebagai penghasil pisang, hampir di setiap pekarangan rumah warga terdapat pohon pisang.


Karena Banyuwangi menjadi wilayah perlintasan dari Jawa ke Bali, maka terjadilah perpaduan kebudayaan yang andil dalam sejarah Kerajaan Blambangan yang memengaruhinya. Kebudayaan Banyuwangi diresapi budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa, dan budaya lokal suku Jawa Osing.




www.belantaraindonesia.org
Raung

Beberapa kesenian khas Banyuwangi di antaranya tari gandrung, barong kemiren, seblang, janger, rengganis, hadrah kunthulan, patrol, mocopatan pacul goang, jaranan butho, barong, kebo – keboan, angklung caruk, serta gedhogan. Banyuwangi Etno Carnival menjadi acara yang tepat menyaksikan beragam kesenian Banyuwangi.


Banyuwangi secara harfiah bermakna air harum, di mana banyu artinya air dan wangi artinya harum. Sebuah nama yang dikaitkan dengan cerita rakyat tentang kesetiaan istri seorang patih yang direbut oleh rajanya sendiri. Istrinya pun tewas di tangan suaminya ketika sang patih mengetahui dia bersama raja.


Sang istri bermaklumat sebelum dibunuh suaminya sendiri bahwa kesetiannya dibuktikan dengan air sungai tempat darahnya tumpah menjadi harum. Sang patih amat mencintai istrinya itu pun hidup dalam penyesalan.


Selain itu, Anda bisa menikmati petualangan lain. Mulailah dari keajaiban api biru dan penambang belerang tradisional di Kawah Ijen. Agar bisa menikmatinya, maka bisa datang sejak dini hari sekira pukul 01.00.


Untuk menyaksikannya, maka Anda harus mendaki ke puncak Ijen supaya dapat pengalaman menyaksikan api biru, yakni belerang cair yang keluar dari kawahnya. Lihat pula bagaimana penambang bertaruh nyawa demi mengangkut bongkahan belerang.




www.belantaraindonesia.org
Baluran

Sempatkan pula menjelajahi savanah di Taman Nasional Baluran. Beragam hewan liar mulai dari banteng Jawa, merak, monyet, rusa, bahkan hingga macan tutul. Di tempat ini pun bisa bersnorkling atau bisa menjelajah hutan manggrove yang lebat di Pantai Bama.


Berikutnya berpetualanglah ke alam liar nan alami di Taman Nasional Alas Purwo atau Taman Nasional Meru Betiri. Di sini Anda bisa menyaksikan hewan liar di Sadengan, melepas penyu di Pantai Sukamade, atau berselancar di G Land. Pantai Pulau Merah patut dikunjungi dengan pesisirnya yang mirip pantai Kuta Bali dengan gelombang ombak yang keren.


Anda yang meminati wisata agro, maka perlu datang ke Perkebunan Bayu Lor. Perkebunan ini adalah perkebunan kopi. Ada juga Agro Wisata Kalibendo dan Agro Wisata Kali Klatak sebagai penghasil karet, kopi, dan cengkeh.




www.belantaraindonesia.org
Alas Purwo

Puas menjelajah tempat wisata, tidak ada salahnya mencoba berwisata wisata religi dan sejarah dengan adanya Maqom Waliullah Datuh Abdurahim biin Abubakar bin Bauzir yang ramai oleh peziarah. Ada pula Pura Agung Blambangan di Muncar yang kerap dikunjungi umat Hindu dari Jawa maupun Bali. Klenteng Hoo Tong Bio di Karangrejo pun menarik disambangi karena sudah ada sejak 1768. Museum Blambangan menyediakan beragam koleksi benda bersejarah.


Sisihkan pula waktu untuk menikmati ragam sentra industri Banyuwangi, seperti kerajinan batik di Virdes, kerajinan bambu di Desa Gintangan, kerajinan tenun di Desa Kemiran, pandai besi komando di Singotrunan, kerajinan kayu di Masnus, kerajinan serat pisang di Desa Kemiren, atau kerajinan boneka gandrung di Tukang Kayu. src

Source: Belantara Indonesia


    




Kemegahan Alam Di Banyuwangi

Minggu, 25 Mei 2014

Langit Seolah Tak Bertirai Di Lautan Pasir Bromo

By Belantara Indonesia



Langit tak bertirai, tak ada awan yang menggurat, birunya langit yang menawan nampak seperti cat yang masih basah. Sementara dari kejauhan, hembusan asap dari kawah Bromo terus memagut sepi alam ini. Sesekali angin kencang meniupkan taburan debu yang memaksa langkah kaki terhenti hingga kekuatannya sirna, menipis di udara yang panas. Kembali para peziarah kekuatan alam menyusuri jalur ke bibir kawah.



Setelah 30 menit berjalan dari area parkir laut pasir yang dikerumuni penyewa kuda, kawah nampak di depan mata. Sesaat terlupakan perjalanan menembus lautan pasir yang memberikan kesan khusus pada pengunjungnya. Seolah berjalan di salah satu gurun Afrika, langkah menghujam tumpukan pasir dan Anda bisa menikmati panorama indah Gunung Batok yang simetris dan kawah Bromo yang tandus.


Ada kengerian meliputi. Alam telah menorehkan pahatnya di lereng antara Batok dan Bromo. Seperti di sebuah planet asing yang ganas, pemandangan di sini tak dapat dipercaya ada di bumi Indonesia.


Sebelum menaiki anak tangga, puluhan kuda menanti tamunya kembali. Di tepi jurang yang berpasir, pemandangan itu wajib dinikmati dalam keheningan. Angin terus berhembus, menyebarkan kehangatan dan sambutan dengan caranya sendiri.


Saat ini, kacamata sudah semestinya dikenakan karena pasirnya yang halus mampu memejamkan mata setiap tamu tanpa ampun. Masker harus dikenakan. Nafas tak boleh dilumpuhkan deru pasir yang meniup.



Betapapun dekatnya seseorang dengan lubang kawah menganga, tak henti ratusan orang bertatap mata langsung dengan sang pemuntah debu dan awan panas. Sepertinya, semakin sering ia dikunjungi, semakin tenang hasratnya untuk bergemuruh. Semua orang takjub dibuatnya. Bromo begitu memesona.


Kembali ke peradaban harus melalui jalur yang sama. Lautan pasir terasa menyempit, seperti halnya setiap perjalanan pulang dari manapun yang terasa lebih singkat.


Ada sebuah pura bertahan di tengah deburan ombak pasir. Pura ini dijadikan simbol umat Hindu untuk melakukan ruwatan di Bromo. Suku Tengger pun menghidupkan pura ini walau terlihat dingin tak ada kehidupan kecuali desiran pasir yang menutupi hampir seluruh permukaannya.


Semua hal yang terlihat, terasa, terdengar, dan tercium menjadikan lautan pasir Bromo sebagai salah satu keharusan saat mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Terlalu singkat atau bahkan sebuah kehampaan tanpa mengarungi luasnya lautan pasir ini. Berjalan di atasnya atau berkuda, tak ada masalah, asalkan Anda mencoba dan menyaksikan kehebatan alam yang dipersembahkannya. src


Source: Belantara Indonesia


    





Langit Seolah Tak Bertirai Di Lautan Pasir Bromo

Jumat, 23 Mei 2014

Gunung Arjuno Lewat Jalur Lawang

By Belantara Indonesia



Gunung Arjuno dengan ketinggian 3.339 Mdpl bisa didaki dari berbagai arah. Dari arah barat lewat jalur Batu – Selecta, sedangkan dari arah timur lewat jalur Lawang. Uniknya gunung ini apabila dilihat dari Kota Malang Anda akan melihat gunung tidak berdiri sendirian, alias ada beberapa gunung di dekatnya. Adapun gunung – gunung tersebut ialah Gunung Welirang, Gunung Kembar I, Gunung Kembar II, Gunung Ringgit, dan Gunung Penanggungan.



Berikut ini ulasan tentang jalur dari arah timur yakni jalur Lawang. Start point awal dimulai dari desa Wonorejo. Disini Anda akan menemukan pemandangan yang sangat menyejukkan mata, dimana hamparan kebun teh yang begitu luas menyambut kedatangan pendaki.


Pos I Desa Wonorejo
Begitu sudah mulai perjalanan dari desa Wonorejo, medan yang akan Anda temukan masih agak landai secara masih area peralihan dari kebun teh ke hutan hujan tropis. Untuk tingkat kemiringannya itu sekitar 20 – 30 derajat. Di area ini pemandangan akan didominasi oleh semak – semak belukar.


Sesekali Anda akan berhadapan dengan akar pohon Pinus yang kadang menguji ketangkasan Anda. Dibutuhkan sekitar 1 jam – 90 menit perjalanan untuk melewati medan tersebut, untuk kemudian disambut oleh kawasan padang rumput ( savana ).


Pos II Padang Rumput Oro – Oro Ombo
Di kawasan ini, nuansanya lebih asyik lagi. Kenapa? Secara yang akan menemani perjalanan Anda adalah padang rumput luas, atau oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai Oro – Oro Ombo. Disini pohonnya tak terlalu lebat, cuma kadang suhunya bisa jadi sangat panas saat memasuki musim kemarau. Walaupun demikian spot ini ideal buat Anda mendiorikan tenda jika perjalanan Anda sudah memasuki waktu gelap.


Pos III Pondok Alang – Alang
Setelah dari padang rumput Oro – Oro Ombo lama pendakian masih ada sekitar 5 – 7 jam lagi. Di rentang waktu tersebut, Anda akan mampir di Pondok Alang – Alang. Biasanya para pendaki menyempatkan untuk rebahan singkat disini buat melepaskan lelah. Dari pos ini, Anda akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan untuk mencapai hutan Lali Jiwo.


Pos IV Hutan Lali Jiwo
Di kawasan ini tanjakan sudah mulai ekstrim. Tetapi pemandangan yang Anda dapatkan sebanding dengan pengorbanan Anda. Secara dari sini Anda bisa melihat hamparan rumput berbalut hutan hujan tropis yang sangat menawan.



Sekitar berjalan kurang lebih 90 menit Anda akan sampai di kawasan batuan cadas. Disini lumayan dibutuhkan konsentrasi ekstra agar langkah Anda aman dan tidak mudah tergelincir. Jalur ini cukup terjal, karena setiap langkah kaki Anda berhadapan langsung dengan jurang.


Puncak Arjuno
Barulah sekitar 2 jam bergelut dengan batuan cadas, maka langkah kaki Anda akan menemui akhir perjalanan, yakni Puncak Arjuno. Puncak Arjuno ini terdiri dari batuan cadas. Oleh karena itu para pendaki menyebutnya sebagai Puncak Ogal Agil.


www.belantaraindonesia.org

Jika Anda menoleh ke arah timur Anda akan melihat puncak Gunung Semeru. Sementara di arah selatan kalian akan terlihat Gunung Anjasmara dan Gunung Kawi. Adapun Gunung Welirang bisa Anda lihat di sebelah barat dan Gunung Penanggungan di sebelah utara.


Gunung Arjuno Lewat Jalur Batu


Source: Belantara Indonesia


    





Gunung Arjuno Lewat Jalur Lawang

Lembah Kijang Di Gunung Arjuno - Welirang

By Belantara Indonesia


Bila melakukan pendakian di Pegunungan Welirang yang terletak di wilayah Kabupaten Malang dan Kabupaten Mojokerto, Anda akan menemukan sebuah lembah yang indah dan memiliki air yang jernih karena tersaring oleh ranting – ranting yang ada di sekitar lembah. Lembah tersebut bernama Lembah Kijang.




Lembah Kijang

Daerah Lembah Kijang ini dihiasi oleh padang rumput hijau yang luas yang terdapat di kawasan Alas Lilo Jiwo yang biasa dilewati para pendaki.


Lembah Kijang yang sejuk dan suasananya yang sunyi jauh dari keramaian aktifitas warga sering dijadikan tempat beristirahat oleh para pendaki setelah dari pos Pet Bocor. Air lembah Kijang yang jernih dan bening pun dimanfaatkan pendaki untuk kebutuhan minum selama pendakian.


Dari Lembah Kijang, pendaki biasanya melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Arjuno. Melalui Lembah Kijang hingga ke puncak jalurnya tidak begitu sulit.


Gunung Arjuno memiliki ketinggian 3.339 Mdpl lebih tinggi dari gunung – gunung lainnya yang ada di Pegunungan Welirang. Untuk bisa mencapai puncak Gunung Arjuno Anda bisa menempuh perjalanan selama 3 – 4 jam dari Lembah Kijang.


Tetapi jika mau melanjutkan perjalanan terus hingga ke puncak pegunungan Welirang, Anda bisa terus melanjutkan perjalanan melalui Gunung Kembar I dan II. Dari sini perjalanan akan semakin sulit, Anda akan melewati tanah yang kering dan sangat berdebu apalagi ketika di siang hari.




Lembah Kijang

Selain tanah kering yang berdebu, Anda juga harus melewati jalur bebatuan yang terjal dan juga jurang. Disinilah serunya mendaki Gunung Welirang banyaknya medan dan jalur yang sulit di jamah.


Tetapi dari hal tersebut, setelah puncak tergapai, Anda akan menyaksikan hebatnya keagungan Tuhan YME, pemandangan Kabupaten Malang dan Mojokerto bisa terlihat di puncak gunung yang memiliki ketinggian 3.156 Mdpl ini.


Untuk bisa mendaki Gunung Welirang sekaligus melihat indahnya Lembah Kijang, Anda bisa menuju ke Kota Malang kemudian dilanjutkan lagi melalui Tretes menggunakan bus dari terminal Arjosari ke terminal Pandaan. Kemudian dari terminal Pandaan naik mobil Elf jurusan Tretes. Nah dari Tretes Anda bisa menuju pos pendakian Gunung Welirang dan mendaftar disana.

Source: Belantara Indonesia


    




Lembah Kijang Di Gunung Arjuno - Welirang

Kamis, 22 Mei 2014

Tips Sederhana Bagi Petualang Berhijab

By Belantara Indonesia


Sebuah kegiatan petualangan sering kali ada barang yang tertinggal atau mungkin dilupakan. Padahal fungsi barang tersebut sangatlah penting. Barang bawaan tersebut adalah alat Shalat. Seringkah Anda para petualang muslim menyertakan barang tersebut dalam tas Anda?



Bagi yang memeluk agama muslim, peralatan Shalat penting untuk dibawa. Terlebih bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan petualangan, khususnya buat petualang berjilbab.


Mereka membutuhkan banyak ruang untuk menempatkan pakaian, hijab, dan atribut lainnya. Padahal ada tips sederhana bagi petualang berhijab yang ingin berlenggang santai.


Coba bawa kerudung yang polos. Mainkan di warna yang netral, jadi bisa sesuai dengan pakaian yang dibawa. Jangan lupa membawa seperangkat alat Shalat.


Dan sebaiknya bagi perempuan berhijab yang ingin melakukan perjalanan jangan membawa kerudung bermotif. Karena motif tersebut tidak bisa digunakan pada saat apapun. Hanya bisa disesuaikan dengan pakaian saat itu. Lebih baik jangan membawa kerudung bermotif, polos lebih baik.


Siasati pula dengan membawa cardigan atau jaket berwarna netral. Sehingga bisa dipadu dan padankan dengan kaus lengan pendek atau perbanyak bawa kaus lengan panjang agar tidak memakan banyak ruang di dalam tas Anda.

Source: Belantara Indonesia


    




Tips Sederhana Bagi Petualang Berhijab

Rabu, 21 Mei 2014

16 Jenis Burung Elang Di Pulau Jawa

By Belantara Indonesia



Burung Elang seringkali dijadikan simbol kegagahan. Itu antara lain karena Burung Elang adalah satu – satunya burung yang mampu terbang lebih tinggi dari burung – burung lainnya. Burung Elang ini adalah termasuk burung pemangsa yang keberadaannya terdapat di banyak tempat di Bumi ini.


Salah satu tempat yang populer bagi

Ciri Khas
Sayap yang menjari khas, kokoh dan lebar membentang, terlihat sangat besar dengan ekor yang panjang. Dewasa: Warna bulu hitam pekat, kecuali pada ekor yang memilki corak agak kecoklatan. Remaja: Dada bercorak garis seperti Elang Brontok fase terang. Sera kuning, kaki kuning, jari kelingking pendek tidak proporsional.


Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding sambil terkadang mengeluarkan suara seperti Elang – ular Bido. Cukup aktif di pagi sampai siang hari. Terkadang terbang rendah di atas tajuk mencari mangsa berupa tikus, kadal, tupai, ayam, burung kecil dan hewan – hewan kecil lainnya.


2. Elang Ular – Bido ( Spilornis cheela / Crested Sherpent – eagle ) Latham, 1790
Burung berukuran sedang ( 50 – 60cm ), berisik dan sangat mudah dijumpai di semua ketinggian. Jenis burung yang adaptif, bisa ditemui di berbagai macam habitat mulai dari hutan primer, hutan skunder, perkebunan, hutan pantai, savanna dan terkadang sampai di perkampungan penduduk. Walaupun namanya Elang – ular, tapi tidak selalu memakan ular.



Ciri Khas
Sayap yang membusur membentuk huruf “C”, membulat dan memilki garis tebal berwarna putih di tepi sayap. Ekor pendek terkadang mengipas. Bagian mata tidak berbulu berwarna kuning. Warna bulu dominan coklat tua hingga hitam, tutul – tutul putih di dada dan perut.


Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding di ketinggian atau terbang gerilya diantara tajuk untuk berburu. Sangat suka bersuara, ribut dengan siulan “Kli – kliuw” atau “kliiw”. Memangsa ular, tikus, kadal, bajing dan hewan – hewan kecil lainnya.


3. Elang Jawa ( Spizaetus bartelsii / Javan Hawk – eagle ), Stresemann, 1924


Burung berukuran sedang ( 60cm ), sangat terkenal akan kelangkaannya. Pada masa orde baru dijadikan sebagai lambang negara Indonesia. Terlihat tampan dan gagah namun sebenarnya pengecut dan sangat mudah dikalahkan oleh elang jenis lain. Menempati hutan primer dan hutan skunder paa ketinggian 300mdpl. Sesuai namanya, endemik di Jawa.


www.belantaraindonesia.org



Banyak orang mengira bahwa burung Garuda adalah spesies burung tersendiri. Sebenarnya, Elang Jawa adalah si garuda itu sendiri. Dengan kata lain, Garuda, lambang negara yang kita bangga – banggakan selama ini adalah sejenis Elang bernama Elang Jawa.


Ciri Khas

Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas ketika soaring. Kepala tidak terlalu kecil, proporsional dengan ekornya yang agak lebih panjang dari Elang brontok. Jambul khas di kepalanya terlihat saat hinggap. Warna dominan coklat merah, dada berwarna putih bercoret melintang pada burung dewasa dan cokelat polos pada burung muda. Beberapa ahli sering menyebutnya Nizaetus bartelsii.


Kebiasaan

Terbang soaring atau gliding di atas tajuk untuk berburu. Sangat jarang bersuara, sangat pendiam dan anggun ketika terbang. Memangsa tikus, kadal, tupai, bajing, ayam hutan dan hewan – hewan kecil lainnya.



4. Elang Brontok ( Spizaetus cirrhatus / Changeable Hawk – eagle ), Gmelin, 1788
Burung berukurans edang ( 60cm ), sangat mirip dengan Elang Jawa. Sesuai namanya, memilki dua fase yakni fase gelap dan fase terang. Lebih tersebar luas dari saudaranya dan menempati habitat yang lebih beraneka – ragam. Memiliki banyak ras dan banyak bentuk, ada yang berjambul, ada yang tidak. Ada yang bilang nama virus brontok terinspirasi dari nama burung ini.


www.belantaraindonesia.org



Beberapa ahli memasukkannya dalam genus Nizaetus, ada juga yang menyendirikan ras S. cirrhatus limnaetus menjadi ras tersendiri.


Kebiasaan

Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas, mirip dengan saudaranya Elang Jawa. Bedanya, ekor yang agak lebih pendek, dua spot terang di sayap serta garis vertikal di bagian dada pada fase terang.


Fase terang: Bagian bawah putih bercorak vertikal hitam mirip Elang hitam muda dan Elang Jawa. Bagian atas coklat pucat.


Fase peralihan: Bagian bawah keabu – abuan, bagian atas sama dengan fase terang.


Fase gelap: Berwarna hitam pekat mirip Elang Hitam dewasa, tapi tidak memiliki warna kuning di paruhnya.



5. Elang Laut Perut Putih ( Halieestus leucogaster / White – bellied sea Eagle ) Gmelin, 1788
Elang yang sangat spektakuler, berukuran sangat besar ( 70 – 85 cm ). Dengan ukurannya bisa dibilang sebagai raja lautan. Tersebar di pesisir pantai dan terkadang masuk ke hutan dataran rendah. Ada catatan hidup di dataran tinggi.
www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Ukuran yang sangat besar, sayap kokoh panjang dan lebar, kepala panjang serta ekor sangat pendek membentuk baji. Warna dominan putih, sayap membentuk pola hitam bagian atas dan hitam – putih di bagian bawah. Juvenile: warna putih digantikan warna coklat agak pucat.


Kebiasaan
Terbang rendah di atas air lalu menyambar mangsanya, berupa ikan atau terkadang burung lain. Bersura nyaring “ah..ah””


6. Elang Tiram ( Pandion halieestus / Osprey ) Linneus, 1758.
Burung berukuran sedang ( 60cm ). Tidak termasuk dalam family acciptridae, tapi dipisahkan dalam family tersendiri yaitu Pandinidae. Sayangnya dalam Bahasa Indonesia namanya tetap disebut “Elang”. Tersebar di pesisir pantai.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Warna hitam – putih yang mencolok, topeng berwarna hitam serta bentuk sayap yang khas, panjang dan agak meruncing.


Kebiasaan
Terbang menangkap mangsa di air atau di udara. Suka bertengger di tiang – tiang dermaga atau di atas kapal


7. Elang Ular Jari Pendek. ( Circaetus gallicus / Short – toed Snake – eagle ) Gmelin, 1788
Berukuran besar ( 65 cm ), kekar dan pucat. Dalam Buku “Panduan Lapangan: Burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali” oleh McKinnon dijelaskan burung ini adalah pengunjung musim dingin yang langka, sangat jarang terlihat. Pertemuan terbanyak ada di TN. Baluran di Situbondo, Jawa Timur.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Tubuh kekar, bagian atas coklat keabu – abuan, bagian bawah putih dengan coretan gelap, tenggorokan dan dada coklat. Terdapat garis – garis melintang yang samar pada perut dan empat garis melintang yang samar pada ekor. Remaja berwarna lebih pucat dari dewasa. Pada waktu terbang, sayap terlihat lebar dan panjang, dengan garis panjang mencolok pada penutup sayap dan bulu terbang. Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu – abu, kaki kehijauan.


Kebiasaan
Menghuni pinggir hutan dan semak sekunder. Terbang melingkar dan meluncur dengan sayap yang cibentangkan lurus dan datar. Seperti alap – alap raksasa, sering melayang – layang diam sambil mengepakkan sayapnya.


8. Elang Tikus ( Elanus caeraleus / Black – winged Kite ) Desfontaines, 1789
Berukuran sedang ( 30 – 45cm ) dengan cara terbang yang unik. Sekilas mirip dengan alap – alap, namun sayapnya lebih membulat dan warna matanya yang terang. Tersebar di dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 2000mdpl. Termasuk dalam golongan “kite” yang berarti suka melakukan terbang hovering yang jarang bisa dilakukan oleh jenis lainnya.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Memiliki bercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa: warna mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal ekor abu – abu; muka, leher, dan bagian bawah putih. Remaja: bercorak warna coklat. Pada saat mencari mangsa, suka melayang – layang diam sambil mengepak – ngepakkan sayap. Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, serta kaki kuning. Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning.


Kebiasaan
Bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Melayang – layang di atas mangsanya seperti diuraikan di atas. Suka berburu di daerah yang kering terbuka dengan pohon yang terpencar – pencar. Memangsa Belalang, ular, tikus atau burung yang masih muda.


9. Elang Bondhol ( Haliastur indus / Brahminy Kite ) Boddaert, 1783
Berukuran sedang ( 45cm ). Cukup terkenal sebagai maskot kota Jakarta, walaupun populasinya sangat mengenaskan di kotanya. Anda bisa mengenalinya dengan melihat logo busway. Sekilas mirip dengan Elang Botak dari Amerika, tapi ukurannya jelas jauh lebih kecil. Termasuk dalam golongan “Kite” yang berarti memilki keahlian terbang hovering yang jarang dimilki jenis lainnya.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Berukuran sedang ( 45 cm ), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada.


Warna berubah menjadi putih keabu – abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu. Iris coklat, paruh dan sera abu – abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.


Kebiasaan
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang – ulang.


Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri makanan.


Makanannya sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.


10. Elang Alap Cina ( Accipiter soloensis / Chinese Goshawk ) Horsfield, 1821
Burung pemangsa ukuran sedang ( 33cm ) dan merupakan pengunjung tetap di Pulau Jawa. Cukup sering berkumpul bersama Elang – alap Jepang pada saat migrasi. Cukup mudah dibedakan dari saudaranya.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Warna dewasa, tubuh bagian atas abu-abu biru dengan ujung putih yang jarang pada bulu punggung dan garis – garis melintang samar pada bulu ekor terluar. Tubuh bagian bawah putih terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh dengan sedikit garis abu – abu pada paha.


Sayap bawahnya sangat khas seluruhnya terlihat putih kecuali ujung bulu primer yang hitam. Remaja tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih terdapat garis – garis gelap pada ekor, coretan pada tenggorokan serta garis-garis pada dada dan paha. Paruh abu – abu dengan ujung hitam , sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.


Kebiasaan
Mengunjungi daerah terbuka sampai pada ketinggian 900 mdpl pada musim dingin di seluruh Sunda Besar. Setiap Oktober melewati Puncak ( Bogor ) dan Bali Barat dalam jumlah besar. Biasanya berburu di tenggeran, tetapi kadang – kadang terbang melingkar di atas, dan menerkam mangsanya dari tanah.


11. Elang Alap Jepang ( Accipiter gularis / Japanese Sparrowhawk ) Temminck And Schlegel, 1844
Raptor migrant dari belahan Bumi utara, bertamu ke Indonesia bulan September – Desember. Burung yang cukup atraktif, lebih gesit dan lebih lincah dari 2 saudara kembarnya Elang – alap besra dan Elang – alap Jambul. Ukurannya juga paling kecil ( 27 cm ) dibandingkan 2 saudaranya. Sering juga disebut Elang – alap Nippon.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu – abu, ekor abu – abu dengan beberapa garis melingkar gelap, dada dan perut merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina: tubuh bagian atas coklat ( bukan abu – abu ), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris – garis coklat melintang rapat. Dada remaja: lebih banyak coretan daripada garis – garis melintang dan lebih merah karat. Iris kuning sampai merah, paruh biru abu – abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning – hijau.


Kebiasaan
Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang – kadang terbang berputar – putar untuk mengamati tanah di bawahnya dengan cara terbang “kepak – kepak – luncur” yang khas. Menyerang dengan agresif pendatang yang mendekati sarang.


12. Elang Alap Besra ( Accipiter virgatus / Besra ) Temminck, 1822
Burung berukuran sedang, sangat mirip dengan Elang – alap Jepang kecuali ukurannya yang lebih besar. Berbeda dengan saudaranya, Elang – alap Besra adalah reptor penetap yang jarang dijumpai di Pulau Jawa.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Berukuran sedang ( 33 cm ) mirip Elang Alap Jambul tetapi lebih kecil dan tanpa jambul. Warna jantan dewasa, tubuh bagian atas abu – abu gelap dengan ekor bergaris tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis melintang coklat dan sisi tubuh merah karat, tenggorakan putih dengan strip hitam di tengah, strip kumis hitam.


Kebiasaan
Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya. Sering terlihat bertengger di pohon mati yang tinggi di hutan. Terbang mengitari teretori secara reguler.


13. Elang Alap Jambul ( Accipiter trivirgatus / Crested Goshawk ) Temminck, 1824
Burung ketiga yang kembar dengan Elang – alap Besra dan Elang – alap Jepang. Ukurannya paling besar diantara 2 saudaranya ( 40cm ), selain itu dia juga berjambul yang terlihat ketika bertengger.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Tubuh tegap dengan jambul yang jelas. Jantan dewasa : tubuh bagian atas coklat abu – abu dengan garis – garis pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada bercoretan hitam, ada garis – garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang putih.


Lehernya putih dengan setrip hitam menurun ke arah tenggorokan dan ada dua setrip kumis.Remaja dan betina : seperti jantan dewasa, tetapi coretan dan garis – garis melintang pada tubuh bagian bawah berwarna coklat serta tubuh bagian atas coklat lebih pucat.


Kebiasaan
Berburu di tenggeran yang rendah di laut. Selalu tinggal di hutan lebat. Pada waktu berbiak kadang – kadang memperlihatkan cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap ( bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas ) berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.


14. Elang Ikan Kepala Abu ( Ichthyophaga ichthyaetus / Grey-headed Fish Eagle ) Horsefield, 1821
Berukuran besar ( 70 cm ), jarang terlihat. Di Jawa hanya tersebar di kawasan Jawa Barat, pernah tercatat di Jawa Timur tapi belum ada catatan baru.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Sayap membulat, berbeda dengan Elang – laut Perut – putih yang kokoh. Berwarna abu – abu, coklat, dan putih. Dewasa: kepala dan leher abu – abu, dada coklat; sayap dan punggung coklat gelap; perut, paha, dan pangkal ekor putih; ujung ekor bergaris lebar hitam. Remaja: bagian atas coklat kekuningan, bagian bawah bercoret coklat dan putih; ekor coklat mengkilap dengan ujung bergaris hitam. Ekor pendek. Iris coklat sampai kuning, paruh dan sera abu – abu, tungkai tanpa bulu, dan kaki putih sampai kuning.


Kebiasaan
Sering mengunjungi daerah perairan, sungai danau, dan paya di hutan dataran rendah. Menukik menerkam ikan ketika terbang atau dari posisi bertengger di pohon. Jarang terbang melayang – layang.


15. Elang Perut Karat ( Hieraaetus kienerii/ Rufous – bellied Eagle ) Geoggroy Saint Hilaire, 1835
Berukuran agak kecil, tersebar di hutan pegunungan. Jarang terlihat di Pulau Jawa, namun penghuni tetap sampai ketinggian 1500 mdpl. Jambulnya cukup unik ya?


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Berwarna coklat kemerahan, hitam, dan putih, dengan jambul pendek. Dewasa: mahkota, pipi, dan tubuh bagian bawah kehitaman; ekor coklat dengan garis hitam tebal dan ujung putih. Dagu, tenggorokan, dan dada putih bercoret hitam; sisi tubuh, perut, paha, dan bagian bawah ekor coklat kemerahan dengan coretan hitam perut.


Pada waktu terbang terlihat bercak bulat yang pucat pada pangkal bulu primer. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata. Alis dan tubuh bagian bawah keputih – putihan. Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.


Kebiasaan
Mendiami kawasan hutan di pinggir hutan, terlihat berputar – putar atau meluncur rendah di atas pohon. Terbang mengitari teretori, menyerang secara cepat mangsa di permukaan tanah atau di tajuk pohon, mirip dengan Peregrine Falcon.


16. Sikep Madu Asia ( Pernis ptilorhynchus / Oriental Honey Buzzard ) Temnick, 1821
Si burung lucu dari Bumi belahan utara. mengunjungi Indonesia pada bulan September – Desember, namun ada juga catatan ras penetap di Pulau Jawa. Berukuran sedang ( 60cm ) dengan kepala yang kecil da panjang, ciri khas Buzzard. Sering terjadi konflik antara burung ini dengan elang – elang penetap seperti Elang Hitam.


www.belantaraindonesia.org

Ciri Khas
Kepala kecil dan panjang, ekor sering membentuk kipas. Berwarna hitam dengan jambul kecil. Warna sangat bervariasi dalam bentuk terang, normal, dan gelap dari dua ras yang berbeda yang masing – masing meniru jenis elang berbeda dalam pola warna bulu.


Terdapat garis – garis yang tidak teratur pada ekor. Semua bentuk mempunyai tnggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam,sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika terbang: kepala relatif kecil, leher agak panjang menyempit, ekor berpola. Iris jingga, paruh abu – abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik ( terlihat jelas pada jarak dekat ).


Kebiasaan
Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah beberapa kepakan dalam yang diikuti luncuran panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar. Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas sarang tawon dan lebah sesuai namanya. Dia juga sering memakan serangga.


16 Jenis Burung Elang Di Pulau Jawa tersebut kesemuanya tentu dilindungi oleh negara yakni Dilindungi UU. no.5 tahun 1990 dan PP. no. 7 dan 8 tahun 1998. Appendix II CITES. Dilarang memperjual – belikan atau memelihara dalam bentuk hidup / mati. src




Source: Belantara Indonesia


    





16 Jenis Burung Elang Di Pulau Jawa

15 Keunikan Kota Yogyakarta

By Belantara Indonesia


Yogyakarta, salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki status istimewa juga terkenal karena wisatanya. Baik Wisata kuliner maupun wisata alam dan juga wisata sejarah. Yogyakarta salah satu destinasi wajib bagi para traveler dan juga backpacker. Kemudian apa istimewa dan uniknya kota Yogyakarta?



1. Kota Yogyakarta memiliki nama lain terbanyak. Nama – nama itu adalah Jogja, Yogya, Jogjakarta, Yogyakarta, Djogja, Ngayogyakarta, Ngayogyakarta Hadiningrat, Yoja / Yojo.


2. Satu – satunya nama kota yang dapat dipotong / dipenggal: Yogyakarta > Yogya dan juga Jogjakarta > Jogja.


3. Kota dengan sebutan terbanyak di Indonesia, Seperti: Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya, Kota Seniman, Kota Bakpia, dan masih banyak lagi.


4. Kota Jogja pernah menjadi ibu kota Indonesia sebelum dipindahkan lagi ke Jakarta. Antara awal tahun 1946 hingga akhir tahun1949 ibu kota Indonesia dipindah ke Yogyakarta kemudian dipindah kembali ke Jakarta.


5. Banyak tokoh – tokoh besar Indonesia lahir di kota ini. Beberapa tokoh yang lahir di Yogyakarta: Presiden Soeharto, Presiden Megawati, Mantan Ketua MPR Amien Rais, Hidayat N Wahid, Wapres Boediono, Pelukis Affandi, Anies Baswedan, dan masih banyak lagi.


6. Tempat kelahiran organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. Kota Jogja juga tempat kelahiran Taman Siswa.


7. Tugu Jogja adalah salah satu landmark Jogja, padahal bentuk aslinya bukan seperti itu. Tugu asli itu bernama tugu Golong Gilig, yang rusak karena gempa kemudian direnovasi menjadi seperti bentuk sekarang.


8. Nama kota ini dibuat lagu yang sama dengan nama kota ini “Yogyakarta” yang di populerkan oleh Kla Project.


9. Pembangunan Kraton Kesultanan Yogyakarta dan Tugu Jogja dibangun lurus dengan pantai selatan Jawa dan Gunung Merapi, seakan terdapat sumbu imajiner yang menghubungkannya ( Gunung Merapi – Tugu Jogja – Kraton Yogya – Pantai Selatan )


10. Walaupun ibukota di Jakarta di kota ini terdapat istana presiden tepatnya di Jalan Ahmad Yani Yogyakarta.


11. Selokan Mataram, Selokan Mataram adalah sebuah saluran air yang dibangun pada masa pendudukan Jepang. Saluran air ini menghubungkan antara Sungai Opak dengan Kali Progo. Menurut legenda, Sunan Kalijaga pernah berkata bahwa apa bila Sungai Opak dan Kali Progo digabungkan maka rakyat Jogja akan makmur. Selokan Mataram digunakan oleh rakyat Jogja untuk mengairi lahan pertanian di daerah Jogja sehingga saat musim kemarau rakyat Jogja masih bisa bercocok tanam.


12. Propinsi Yogyakarta menggunakan sistem kerajaan, Gubernur Yogyakarta tidak dipilih melalui pemilu oleh rakyat tetapi berdasarkan urutan silsilah keluarga dari Kraton Yogyakarta.


13. Di Kulon Progo terdapat jembatan yang tidak mempunyai pilar ditengahnya. Jembatan model tersebut hanya terdapat 2 buah di dunia. Jembatan sepanjang 96 meter ini mulai beroperasi sejak tahun 1957 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.


14. Yogyakarta memiliki even yaitu Jogja Java Carnival, carnival malam hari di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun – alun Kraton Jogja. Biasanya even ini diadakan bulan Oktober.


15. Dilihat dari satelit ternyata Pantai Parang Kusumo, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi berada dalam satu garis lurus. Filosofinya bahwa tugu merupakan simbol “manunggaling kawulo gusti” yang berarti bersatunya antara rakyat dengan penguasa. Merapi dan pantai merupakan titik api dan air. Kraton yang dibangun ditengah Merapi dan pantai merupakan titik keseimbangan antara keduanya.


Kraton merupakan titik keseimbangan vertikal dan horizontal. Keseimbangan horizontal dilambangkan oleh laut selatan yang menggambarkan hubungan antara manusia dan manusia. Sedangkan keseimbangan vertikal dilambangkan oleh Gunung Merapi yang menggambarkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. src

Source: Belantara Indonesia


    




15 Keunikan Kota Yogyakarta